Cerita Pendek - Dilema
Dilema
oleh: emboeng arishinta poetra
...
"Apa yang harus aku lakukan? Sebenarnya aku sangat tak ingin membuatmu terluka. Deri, maafkan aku atas ketidakpastian ini." Aku semakin berpikir tentang perasaannya setiap malam hingga subuh yang menyurutkanku pada kantuk. Surat dengan lembaran kertas buram itu begitu membayangiku tentang ketulusannya yang begitu besar untuk mencintaiku. Ia memang lelaki yang kelam dengan kepolosannya, bahkan ia mampu membangunkanku dari lusuhnya masa lalu. "Deri, semoga kau masih setia atas namaku. Ketika aku datang sambutlah aku dengan pelukan erat dari titik pusar kerinduanmu." Aku berdoa untuk bisa bersamanya lagi.
Berbulan-bulan sudah aku tidak bekerja, aku merasa sangat menyusahkan orang tuaku. Pagi nanti aku memutuskan untuk mencari pekerjaan baru sembari melumpuhkan lamunan lalu.
...
Pagi hari bercerita tentang cerah yang menggantikan pekatnya gelap subuh dalam hujan. Nada penantian serta seorang yang merindu mengalunkan kisah baru pada hari yang masih menjadi ketidakpasitian itu. Sesekali ada saja ingin yang membuatnya semakin dalam pelukan yang tak terlepas. Keduanya adalah serpihan hati dalam bimbang tanpa jawab. Pagi ini keduanya sedang mencoba dengan gigih melepas lelahnya. Meski dalam ketidakpastian, Deri dan Ririn masih berlabuh dalam setia dengan dirinya masing-masing.
Di meja makan, orang tua Deri sedang membicarakan anaknya, "Ma, Deri sudah bangun? Anak itu semakin aneh saja aku lihat." Tanya ayah Deri pada istrinya. "Aku juga tak mengerti juga, aku semakin prihatin dengan keadaannya." Sahut istriya. "Coba mama bangunkan dia, ajak dia sarapan bersama kita!" Ayah Deri menyuruh istrinya membangunkan anaknya. "Iya yah, tunggu sebentar ya!" Jawab istrinya lalu menuju kamar Deri.
...
Aku terbangun di antara puluhan kicau burung peliharaan ayah yang dengan merdu menyapa keterasinganku, "Hari ini begitu cerah, tentu tak secerah hatiku." Aku berpikir begitu buruk tentang diriku sendiri. Entah berapa bulan sudah aku menunggu seorang dalam lamunan masalalunya? Munkin memang bodoh, tetapi aku memang cinta.
"Ri, sayang. Makan dulu yuk, kamu selalu bungkam dalam duniamu. Menanti juga perlu tenaga. Ayo cepat keluar, ayah sudah menunggumu di dapur!" Mama memanggilku dari luar kamar. "Iya ma, aku akan keluar sebentar lagi. Tunggu sebentar!" Sahutku dan segera beranjak mencuci wajahku lalu menuju dapur untuk sarapan pagi bersama mama dan ayah.
Sepasang suami istri yang biasa ku panggil mama dan ayah menyambutku di meja makan dengan senyum yang tulus. Aku berusaha membalas senyum mereka, karena aku tak ingin membuatnya kecewa. Mereka begitu mengetahui persoalan yang sangat membelengguku dan mereka selalu mencoba menghiburku.
"Sudahlah Ri, kali ini hanya ada dua pilihan saja. Berlari atau kau akan tetap tinggal di halte tempatmmu menunggu!" Kata ayahku dalam percakapan di meja makan."Iya ayah, terimakasih ya. Aku mengerti sekarang. Aku mohon doa dari ayah dan mama." Sahutku kepada ayah dan mamaku. Mereka tersenyum tanda setuju."Bawa dia kemari. Tentu kau bisa nak, karena mama percaya denganmu. Mama akan selalu merestui dan mendoakanmu." Tegas mama ke padaku.
Aku merasa sangat bersemangat pagi ini, aku pergi meninggalkan mereka. Aku telah bertekat mendapatkan cintaku hari ini. "Aku akan datang ke rumahnya!" Pikiranku dengan cepat dan tegas membuatku semakin bersemangat.
...
Pagi tiba, aku mulai mencecap segarnya hari yang indah. Aku berseri membawa diriku pada pemandian. Membersihkan seluruh tubuhku dan membasuh segala luka yang melekati batin. "Semoga hari ini aku lebih baik." Doaku pagi ini. Hari ini aku berharap mendapatkan pekerjaan yang layak dan mulai merangkai kehidupan yang tepat.
Baru saja aku ingin keluar dari kamarku, tiba-tiba benakku terhenti di bayangan nama Deri. Aku menemukan lukis bayangnya dari kertas buram dengan tulisannya yang ku tempel di dinding kamarku. Aku merasa rindu kepadanya, mungkin aku mulai ingin menjadikannya cinta.
Ingin aku temui, tetapi tak tau caranya. Pertemuan yang singkat dulu membuatku tak metahui apapun tentangnya, bahkan nomor ponselnya. Aku berharap suatu saat nanti ia menjemputku lagi dengan kejutannya di rumah merah ini. Aku menghentikan imajiku, aku beranjak dari kamar dan meninggalkan rumah itu perlahan.
Aku melamar pekerjaan di sebuah toko untuk menjadi pelayan, aku diterima dengan cepat, karena toko ini kebetulan adalah milik pamanku. Meski begitu, aku tetap di perlakukan sama seperti karyawan lainnya. Aku sangat senang, bisa bergelut dengan dunia baru.
...
Angin terasa kencang dari atas motorku. Ku pacu motorku dengan kecepatan tinggi, berharap dengan cepat aku tiba di rumah Ririn. Satu demi satu penguna jalan ku lalui tanpa ku pikirkan perasaannya. Aku ingin Cepat bertemu dengan pemilik nama Ririn, rindu ini begitu mencari puncak dambanya.
Ketika tiba nanti aku akan memeluknya, aku akan membawanya pulang. Ayah dan mama akan tersenyum lebar melihatku segera beranjak ke pelaminan dengan pilihanku. "Tentu aku kan bahagia." Hayalku di atas motorku.
Aku tiba di rumahnya, ku dapati rumahnya begitu kosong dan yang ku lihat hanya bangku-bangku yang dulu ku tau berfungsi di malam hari. "Kemana orang-orang di rumah ini?" Hatiku bertanya-tanya sendirinya, "Ahhh mungkin ia sedang keluar sebentar." Pikirku lagi dan duduk menunggunya. Hari ini sudah siang dan aku masih menunggu Ririn pulang. Dengan sabar aku menunggu kedatangannya, hingga senja menyapa di barat.
...
Di rumahnya, orang tua deri menanti anaknya pulang membawa kabar, "Ma, aku berharap kali ini Deri pulang dengan bahagianya."Kata ayahnya. "Iya yah, akupun brharap sperti itu." Sahut istrinya. " Tapi kenapa lama sekali ya ma?" Tanya ayah deri agak cemas, "Aku tidak tau yah, mungkin mereka sedang bercengkrama melepas rindunya." Jawab istrinya dengan senyum.
Senja membuat sebuah harapan pada petang yang samar-samar memeluk keluh dan cemas. Orang tuanya masih sabar menunggu anaknya pulang, begitupula dengan Deri yang masih sedia menunggu pujaannya pulang.
...
"Lama sekali ia datang." Pikiranku makin berkecambuk tentangnya. "Apa dia masih seperti yang dulu?" Pikiranku mulai merusak niat baikku. Kali ini ku dengar suara mobil masuk rumah di tempatku menunggu, tetapi aku malah pergi dengan kecewa ku bungkus sebagai oleh-oleh kepada orang tuaku.
...
Aku sangat terkejut melihatnya ada di depan rumahku, aku ingin memeluknya lalu mengatakan cinta kepadanya. Baru saja aku turun dari mobil sedan itu, belum sempat aku berkata, ia pergi begitu sja meninggalkanku.
...
Aku melihatnya dengan seorang lelaki, entah siapa lelaki itu. Aku hanya menatapnya dengan penuh kesal, tanpa membalas senyumnya. Ia heran dengan kepergianku. "Ternyata ia masih seperti yang dulu." Pikirku hingga mengharuskanku pergi dari tmpat itu.
...
Aku mulai mengerti dengan kepergiannya itu, aku meminta pamanku mengejarnya. Aku yakin ia masih berpikir tentang gelapnya masa laluku. "Pamanku pasti dikiranya orang yang menyewaku." Aku menemukan jawaban dari kepergiannya yang cepat itu.
...
Ayah dan mamanya langsung keluar rumah menyambuat anaknya ketika suara motor Deri memenuhi ruang telinga kedua orang tuanya itu. "Bagaimana nak?" Tanya ayahnya. Deri tak menjawab dan semakin membuat ayahnya bingung.Deri yang terdiam langsung saja meninggalkan ayah dan mamanya menuju ke kamar.
Tak lama kemudian Ririn dan pamannya tiba di rumah Deri. Ayah Deri semakin bingung dengan semuanya. Dijelaskannya kesalahpahaman itu oleh paman Ririn, lantas Ririn menuju kamar Deri menyusul kekasihnya itu.
...
"Aku mencintaimu Deri, bahkan aku sangat merindukanmu. Ini hanya salah paham, laki-laki tadi adalah pamanku. Kalau tidak percaya tanyalah padanya langsung. Aku hanya kebetulan pulang bersamanya, karena aq sudah bekerja di tokonya sekarang." Aku berusaha menjelaskan semua pada Deri. Aku lihat ia menatapku, aku sangat merasakan kerinduannya dan aku sangan menunggunya memelukku.
...
Ririn tiba-tiba masuk kamarku, aku sangat terkejut. Ia menjelaskan semua tentang apa yang aku lihat tadi dan satu yang paling membuatku bahagia, ia mengatakan cinta kepadaku. "Aku juga mencintaimu.". Jawabku atas pernyataannya.
...
Di sudut dengan percakapan seadanya dan sederhana kedua keluarga itu duduk dalam satu sofa menikmati malam yang baru saja dimulai setelah senja di lewati dengan petang.
cerita yang sangat menarik..
BalasHapusIya Kang, ini cerita dari kehidupan nyata teman saya....
Hapusbikin penasaran. feelnya udah dapet kok. bagus
BalasHapusYa Gan, terima kasih kunjungan dan komentarnya....
Hapusbaca cerita dulu, lumayan dari pada nonton film. mantap gan. saya tunggu cerita lainnya
BalasHapusTerima kasih kawan sudah mau membaca dan berkomentar....
Hapuswwaaaahh.. benar2 cerita yg mendilema... :) :")
BalasHapusTerima kasih kawan sudah mau membaca dan berkomentar....
Hapuscerpen sebuah percintaan yang menarik Gung Rah, saya juga suka baca cerpen mengenai percintaan, karena biasanya bisa kita ambil hikmahnya dibalik jalannya percintaan yang kita alami didunia nyata. Thanks atas sharing cerpennya.
BalasHapusCerpen ini merupakan kisah nyata teman saya Bli Made..
HapusYa saya setuju untuk selalu mengambil hikmah yg tersurat maupun tersirat yang ada dalam suatu cerita...
Suksma...
Makasih gan kunjungannya...
BalasHapusSaya juga akan mampir ke blog sobat......
Thanks Gan buat kunjungan dan komentarnya...
BalasHapusini flash fiction..
BalasHapusbagus kok, saya suka penggambaran suasananya
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar Mas Bro..
Hapuscerita cerpennya menarik sobb,,, cukup menginspirasi juga. thanxz sob,,
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar Mas Bro..
Hapuswah sangat menrik banget mas, kebetulan hobi banget yang namanya cerita cinta
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar Pak...
HapusCerita yg sangan bagus nih!!
BalasHapusane kasih G+ deh!! :)
Terima kasih Gan atas dukungannya..........
HapusIni kisah nyata yang Adis..? mantef bang salut abizz
BalasHapusYa Gan, ini cerita nyata teman saya......
Hapusbaguss ni gan...
BalasHapusTerima kasih Gan...
Hapushehehehe
BalasHapusdis gaenAN blog ne care kene..
ternyata laris cerpenq noxs....
kwkwkwkwkwkwkw
Itu bisa dipelajari Bli Bro...
HapusBagus ceritanya,,,yg bikin Sobat sendiri ya,,,Klo sobatb yg bikin ,berbakat nih menjadi seorang Puitis...!!!
BalasHapusDi tunggu Kunjungan dan Komentarnya....
Yang bikin temen saya, Gan...
HapusOrangnya memang romantic...... hehe
muantep ceritanya kang... sukses selalu gan...
BalasHapusTerima kasih kang... sukses juga buat akang....
Hapusceritanya bagus gan...
BalasHapusThanks sob... thanks juga kunjungannya..../;
Hapuswah ceritanya kena banget gan..............
BalasHapusTerima kasih kawan atas kunjungan dan komentarnya
HapusBagus bgt
BalasHapusthanks ya Gan....
Hapushaduuhh, saya sampe menghayati setiap alurnya, keren sob,,,
BalasHapusIni memang diambil dari kisah nyata Sob....
HapusSegera meluncur ke TKP Gan....
BalasHapusWaaww.. bagus neeh ceritanya gan.. ane tunggu yang baru gan.. MORAL DILEMA bagus tuh gan..
BalasHapusbut thanks uda main ke gubug ane..
cheerrrsss.. salam kompak selalu gan...
Makasih Gan komentarnya, salkomsel....
Hapusyoiii gan.. keep posting n jangan lupa di tunggu kunjungan n komen baliknya gan...
Hapushahahahahaaai,, jek lais ne kayakne nitip tulisan jak adis.... kwkwkwkwkwk
BalasHapus